Jumat, 06 Mei 2011

Four Seasons: Review



Halloo cemans2 semua, apa kabar? hehehe
Kali ini gue mau nge-review novel tetralogi yang baru selesai gue baca. Orang-orang biasa nyebut keempat buku ini sebagai 4 Seasons atau 4 musim. Kenapa disebut novel 4 musim? karena disetiap novel ini menggambarkan musim yang berbeda. Buku pertama judulnya Summer in Seoul (SiS), dilanjutkan dengan Autumn in Paris (AiP), trus Winter in Tokyo (WiT), dan yang terakhir Spring in London (SiL). Gue baru tertarik baca novel karya Ilana Tan ini setelah liat review-nya di beberapa blog dan gue pikir 'hmm, kayaknya unik nih novel' jadi gue coba aja baca buku e-book nya :D
Abis penasaran banget, kebetulan ada link yang mengarah ke tempat download ebook 4 novel ini. Langsunglah gue tanpa basa-basi beli download ebooknya. Bukannya nggak mau beli tapi liburan begini mana gue punya duit, kantong kering kerontang, jadi daripada di rumah juga nggak ada kerjaan mending baca ebooknya langsung, kali aja ntar gue tertarik beli. Dan ternyata gue sangat tertarik dengan buku ini dan gue janji suatu saat-entah kapan- gue akan beli 4 buku ini :D
Sebenernya gue udah sering liat ni buku mampang di Gramedia, Tampilan--cover--nya menarik perhatian, judulnya juga menarik pembaca buat, minimal, liat sinopsis buku tersebut. Tapi waktu itu gue kurang tertarik sama buku begituan. Maksudnya gue lebih sering liat-liat novel terjemahan trus teenlit gitu, karena novel ini ber-genre Metropop jadi gue kurang tertarik. Takut ceritanya membosankan dan terlalu dewasa (nggak anak muda banget). Sekarang jadi nyesel juga deh nggak beli 4 buku itu padahal rilisnya udah lumayan lama. Kalau nggak salah buku pertama di rilis tahun 2006.
Langsung aja deh liat review-nya.

Judul Buku : Summer in Seoul
Penulis : Ilana Tan
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman : 280 Halaman
Harga : Rp. 51.000
ISBN : 9792224602


Ini adalah buku musim pertamanya Ilana Tan, judulnya Summer in Seoul (SiS). 
Bercerita tentang seorang gadis peranakan Korea - Indonesia bernama Sandy atau Han Soon-Hee (nama koreanya) yang sedang menyelesaikan studi di negara ayahnya tersebut sekaligus bekerja pada seorang perancang busana ternama. Suatu hari Sandy tidak sengaja bertemu dengan seorang artis/penyanyi Korea, Jung Tae-Woo, yang sudah lama vakum dari dunia showbiz karena sebelumnya pernah terlibat skandal empat tahun yang lalu. Setelah lama menutup diri dari dunia entertain Jung Tae-Woo bermaksud kembali meneruskan karirnya tetapi ia tersandung gosip yang menyebutkan dirinya adalah penyuka sesama jenis ata gay karena tidak pernah terlihat memiliki kekasih.


Singkat cerita, Tae-Woo meminta Sandy menolongnya untuk berperan sebagai kekasihnya dalam foto. Setelah menimbang-nimbang akhirnya Sandy memutuskan untuk membantu Tae-Woo karena ia juga bermaksud mengetahui sesuatu dari Tae-Woo meskipun ia sama sekali tidak tertarik dengan penyanyi terkenal yang banyak disukai gadis di Korea tersebut. 
Awalnya misi mereka berjalan lancar tetapi semakin lama wartawan semakin membongkar identitas 'kekasih' Jung Tae-Woo tersebut. Dengan adanya kerja-sama itu pulalah semakin lama Sandy dan Jung Tae-Woo semakin dekat dan saling menyukai satu sama lain sampai akhirnya terbongkarlah kenyataan empat tahun lalu tentang skandal yang memaksa Jung Tae-Woo mengundurkan diri sementara dari dunia showbiz. Jung Tae-Woo yang mengadakan jumpa penggemar empat tahun lalu mengetahui kenyataan bahwa penggemarnya yang tidak sengaja tertabrak mobil yang ditumpanginya itu adalah kakak Sandy. 


Bagaimana reaksi Jung Tae-Woo mengetahui kebenaran tersebut? Apa maksud dan tujuan Sandy sebenarnya?
Baca aja bukunya sendiri :D dijamin seru dan nggak membosankan!


Menurut gue buku ini diceritakan dengan gaya yang santai oleh Ilana Tan. Mudah dicerna dan bahasanya nggak rumit walaupun gaya bahasanya nggak bisa dibilang gaul. Karena latar tempatnya dibuat di negara luar jadi penulis menuliskannya seperti novel terjemahan. Menarik.


Jalan ceritanya juga cukup masuk akal. Ilana membuat jalan ceritanya menjadi cukup alamiah. Cerita dari sketsa satu ke sketsa berikutnya sudah pasti dipikirkan cukup matang jadi nggak ada kesan 'ngaclok', lompat-lompat, dan terlalu dipaksakan. 
Disini penulis juga membuat para pembaca menjadi penasaran sehingga pembaca nggak mau ngelepas buku sampai akhir cerita hehehe. Konflik di cerita ini nggak terlalu rumit, dan nggak terlalu panjang dibahas sehingga pembaca nggak sampai bosan ditengah cerita. Tapi penulis sudah 'memancing' pembaca untuk menebak-nebak konflik yang akan terjadi dari awal cerita.


Tema yang diangkat tentu aja masalah percintaan. Ilana menuliskannya dengan baik sehingga pembaca bisa merasakan keromantisan yang digambarkan di buku termasuk gue :D
Tapi gue kurang ngerti sama watak tokoh Sandy. Kadang-kadang digambarkan jadi sosok yang cuek tapi disisi lain ada juga kesan humoris dalam dirinya. Nggak jadi masalah sih, tapi yang lebih mengherankannya lagi kenapa disini Sandy digambarkan kurang tertarik sama Jung Tae-Woo di awal pertemuan. Walaupun dijelaskan kalau Sandy bukan salah satu penggemar Jung Tae-Woo tapi masa ada orang ketemu artis terkenal yang cakep mukanya biasa-biasa aja dan bisa dibilang datar. Ditambah lagi di akhir cerita diketahui bahwa kakak Sandy menjadi korban dalam jumpa penggemar Jung tae-Woo empat tahun yang lalu. Masa Sandy nggak ada respon apa-apa waktu pertama kali bertemu Jung Tae-Woo? apa gue aja yang nggak nangkep? :p


Kekurangan lainnya dari buku ini adalah menurut gue suasana Summer-nya kok nggak dapet. Nggak digambarkan sama sekali kalau musim pada saat itu adalah musim panas misalnya, cara berpakaian atau kebiasaan yang dilakukan orang Korea pada saat musim panas. Kalau nggak salah di buku cuma dituliskan sekali kalau disana sedang musim panas, selebihnya nggak berasa Summer-nya.
Selain itu juga cerita yang berlatar tempat di Seoul - Korea ini juga nggak terlalu menggambarkan kalau kita berada di kota tersebut sehingga pembaca cuma bisa meraba-raba dan nggak bisa mengimajinasikan dengan sempurna keadaan kota Seoul. Kalau nggak salah di buku ini juga hanya ada beberapa tempat yang mengingatkan kita kalau cerita ini berlatar tempat di Seoul seperti pusat perbelanjaan, restoran, dan sebagainya yang nggak terlalu mencolok. Itu menurut gue loh?


Yaaah, pokoknya gitu deh, tapi overall ceritanya sangat menghibur dan Happy Ending yaaaiiiyyy :)




Judul Buku : Autumn in Paris
Penulis : Ilana Tan
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman : 272 Halaman
Harga : Rp. 38.500
ISBN : 9792230300



Di buku musim kedua ini Ilana Tan mengambil latar tempat di kota yang-katanya- paling romantis, Paris.
Tara Dupont, seorang gadis blasteran Prancis - Indonesia yang berprofesi sebagai seorang penyiar radio di sebuah radio ternama di Paris. Tinggal bersama ayahnya di Paris -- yang telah bercerai dengan Ibunya -- sejak umur 16 tahun.
Diceritakan Tara memiliki teman baik bernama Sebastien, seorang arsitek. Hubungan mereka dianggap Sebastien hanya sebagai kakak-adik walaupun Tara menyukai Sebastien diam-diam. 


Suatu hari Sebastien yang sedang mengerjakan proyek pembangunan ayahnya mengenalkan Tara kepada temannya, seorang arsitek muda Jepang yang ikut terlibat dalam proyek tersebut kepada Tara. Laki-laki itu bernama Tatsuya Fujisawa. Pada awal pertemuan Tara tidak terlalu tertarik pada Tatsuya walaupun Tara menganggap penampilan pria itu cukup menarik dan ramah. Yang membuat Tara mulai tertarik pada Tatsuya adalah karena Tatsuya mengirimkan email tentang pertemuannya pada seorang gadis di bandara dan di beberapa pertemuan lainnya ke radio tempat Tara bekerja. Tara yang memang pada dasarnya mudah penasaran sering mendesak Tatsuya untuk menceritakan atau mengirimkan kisah lanjutannya ke radio untuk dibacakan. Selain karena rasa penasaran Tara juga karena setiap cerita dari Tatsuya dibacakan rating radio naik.


Setelah beberapa kali pertemuan Tara dan Tatsuya semakin dekat dan sama-sama menyimpan perasaan tertarik satu sama lain. Tatsuya juga mengubah pandangannya tentang musim gugur dan Paris yang pada awalnya sangat dibencinya karena bertemu dan mengenal Tara.


Selain untuk pekerjaan Tatsuya selalu melakukan rutinitas yang biasa dilakukannya setiap kali dia mengunjungi Paris yaitu mencari seseorang. Seseorang itu adalah cinta pertama Ibu Tatsuya yang sudah meninggal dunia dan juga ayah kandung Tatsuya sendiri. Setelah bertemu dengan ayah kandungnya dan diterima dengan baik Tatsuya mengira bahwa segala masalahnya telah selesai tetapi ternyata ada masalah lain yang lebih serius yaitu kenyataan bahwa ia memiliki ayah yang sama dengan Tara Dupont. Keinginannya untuk bersatu dengan Tara luluh lantak seketika itu juga.
Lalu, bagaimana kelanjutannya hubungan mereka? Penasaran? Baca deh!


Nggak jauh berbeda dengan buku yang pertama disini Ilana Tan juga membuat cerita dengan cukup baik dan menarik. Konflik yang ditimbulkan juga jarang dibuat novel-novel yang lain sehingga jalan ceritanya terasa lebih fresh. Walaupun konflik yang diceritakan cukup rumit tapi Ilana menuliskannya dengan apik sehingga lagi-lagi jalan ceritanya terasa alamiah dan masuk akal. Cukup masuk akal untuk sebuah cerita yang menghubungkan dua negara Prancis dan Jepang. Sehingga pembaca yang awalnya berpendapat "kok bisa?" mendapat penjelasan yang cukup masuk akal dari Ilana. 


Di cerita ini Ilana juga memancing pembaca untuk menebak-nebak konflik apa yang akan terjadi di tengah-tengah cerita dengan cara memberi umpan sedikit demi sedikit. Tapi menurut gue umpan yang dikasih penulis terlalu banyak sehingga baru separuh jalan gue sebagai pembaca sudah bisa menebak kemana arah cerita ini selanjutnya dan konflik apa yang bakal terjadi dengan cara menghubung-hubungkan umpan satu dan yang lainnya.
Yang juga disayangkan adalah ceritanya yang berakhir dengan cukup tragis. Gue sebagai pembaca yang kurang suka dengan sad ending juga cukup kecewa. Apalagi mengambil tempat di kota romantis Paris. Gue baru 'ngeh' dengan ketidakcocokan alur cerita dengan latar tempat pada saat gue menceritakan kisah ini pada kakak gue dan dia nyeletuk 'Tumben ya cerita di Paris sad ending' yang langsung bikin gue mikir 'hmm... bener juga ya, kenapa kak Ilana membuat cerita yang tragis di kota seromantis Paris?'


Tapi selebihnya menurut gue kak Ilana sukses banget menuliskan buku ini sehingga pembaca nggak bosan dan terus membaca sampai titik darah penghabisan. Penggambaran latar tempatnya juga lebih bagus dari buku sebelumnya. Sepertinya penulis lebih mengenal kota Paris daripada Seoul sehingga tempat-tempat yang di gambarkan di Paris cukup sukses disalurkan ke kepala pembaca. Suasana Autumn-nya juga cukup berasa dan nggak buruk seperti di buku sebelumnya. Angin musim gugur yang disukai tokoh utama (Tara) dan daun-daun yang berguguran juga beberapa kali disebutkan sehingga kita bisa ingat kalau di cerita ini sedang musim gugur.


Tokoh Tara sebagai tokoh utama juga cukup menarik, digambarkan sebagai gadis periang yang cerewet, humoris dan juga berani membuat pembaca jadi senyum-senyum sendiri di awal cerita, walaupun suasana sedih mendominasi cerita ini dari pertengahan sampai akhir.


Ehm, sekedar warning buat kalian yang belum baca, cerita yang satu ini berakhir dengan sad ending. Jadi kalau mau baca jangan lupa nyiapin tisyu ya :p




Judul Buku : Winter in Tokyo
Penulis : Ilana Tan
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman : 313 Halaman
Harga : Rp. 40.000
ISBN : 9789792239836



Akhirnya sampai juga di buku musimnya Ilana Tan yang ketiga.
Cerita ini mengisahkan tentang seorang gadis bernama Ishida Keiko, peranakan Jepang - Indonesia. Bekerja sebagai librarian di sebuah toko buku di Jepang. 
Suatu hari mendapati kamar seberang apartemennya telah diisi setelah bertahun-tahun kosong. Yang menempati ruangan tersebut adalah seorang fotografer bernama Nishimura Kazuto. Kazuto yang telah bertahun-tahun tinggal di New York memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya untuk melupakan masalah yang sedang dihadapinya di New York.


Keiko dan Kazuto pun semakin akrab satu sama lain sebagai tetangga. Sementara itu Keiko selama ini masih mengenang cinta pertamanya. Seorang anak laki-laki yang pernah membantunya mencari benda paling berharganya yang hilang di halaman sekolah. Anak laki-laki yang diyakininya bernama Kitano Akira.


Suatu hari Keiko secara tidak sengaja bertemu dengan seorang dokter muda yang bernama Kitano Akira, nama yang sama seperti nama cinta pertama Keiko. Hubungan merekapun cukup baik hingga bisa dikatakan suka sama suka. Tapi Kazuto mulai merasakan perasaan lain dalam hatinya, ia cemburu melihat kedekatan Keiko dengan Akira yang juga teman masa lalunya.


Sampai sebelum Kazuto bisa mengatakan isi hatinya kepada Keiko sesuatu terjadi pada Kazuto. Penyerangan dari orang-orang tidak dikenal kepada Kazuto membuat pria itu kehilangan ingatannya. Disaat Kazuto tidak bisa mengingat Keiko saat itulah Keiko merasa ia telah kehilangan sosok Kazuto sebagai tetangga satu apartemennya dan lebih dari itu, ia merasa ia benar-benar kkehilangan Kazuto sebagai sosk yang berarti di hidupnya.


Apakah Kazuto akan mendapatkan kembali ingatannya yang hilang? Bagaimana dengan hubungannya dengan Keiko? Baca seri yang satu ini karena kalau nggak baca dijamin nyesel!!




Di buku ketiga ini Ilana terlihat semakin matang dalam menuliskan dan menuangkan imajinasinya. Cerita yang berlatar tempat di negara manga ini sukses bikin pembaca terutama gue jatuh hati. Bisa dibayangkan Tokyo yang diselimuti salju mengingatkan kita pada dorama. Nggak cuma latar tempatnya aja tapi juga penokohannya yang komikal juga membawa kita ke negara Jepang dengan sempurna. Cara tokoh berdialog yang dibuat semirip-miripnya dengan dialog komik atau cerita dorama sehingga pembaca tidak dibuat lupa dengan latar tempat negara dengan style Harajuku tersebut.


Menurut gue kalau dibandingkan dengan dua karya Ilana Tan sebelumnya, WiT yang paling menarik hati. Nggak cuma karena cerita dan alur yang bagus, sinkronisasi satu sama lain dan klop, tapi juga karakter yang dibuat sangat menarik dan humoris. Kayaknya kita akan banyak dibuat tersenyum di buku ini daripada buku-buku sebelumnya. Dua tokoh yang berperan jadi tokoh yang paling 'nyambung' menurut gue karena setiap dialognya selalu menarik untuk dibaca.


Latar tempatnya juga sekali lagi sukses digambarkan. Selain narasi yang menyebutkan beberapa tempat di Tokyo dibantu lagi dengan gaya bahasa yang sangat 'Jepang'. Two thumbs deh buat buku ini. Winter-nya juga berasa banget. Mungkin karena keseringan nonton serial Drama Korea atau Jepang yang syuting pada musim dingin makanya dari awal baca gue langsung membayangkan kalau saat itu di Jepang benar-benar sedang musim dingin. Selain itu pakaian yang dipakai para tokoh juga sangat mengarahkan kalau suasananya sedang Winter seperti memakai sarung tangan, penutup telinga, jaket tebal dan sebagainya. Dan juga para tokoh yang diceritakan beberapa kali terserang flu karena kedinginan. Ngebayanginnya aja gue jadi ikutan menggigil. Brrrrr!!


Buat gue di buku ini hampir nggak ada kekurangan kecuali tema yang diangkat yaitu, Amnesia. Cerita seseorang yang terkena amnesia dalam suatu cerita udah sering banget. Terlebih lagi Amnesia berarti ingatan seseorang itu hilang bikin cerita ini ngegemesin. Di awal-awal gue berpikir gimana akhir cerita ini? Seseorang kehilangan ingatannya, bagaimana cara penulis mengembalikan ingatan tersebut? Gue agak takut-takut juga kalau kalau kak Ilana bakal mengakhiri amnesia Kazuto dengan cara yang nggak masuk akal supaya singkat. Tapi ternyata dugaan saya salah besar. Untungnya penulis membuat Kazuto sembuh dengan cara yang mungkin terjadi pada seseorang yang Amnesia. Jadi singkatnya alasan kesembuhan Kazuto tidak mengecewakan sama sekali. 
Selain itu, menurut gue terlalu banyak tokoh yang terlibat disini. Tokoh yang nggak berperan penting pun jadi sering kebagian jatah berdialog. Dan juga masalah pada tokoh satu bersangkut-paut dengan tokoh lain , pada yang lain, dan pada yang lain sehingga pembaca mungkin berpikir kenapa dunia terasa sempit sekali di buku ini?
Selebihnya buku ini adalah buku yang paling gue rekomendasikan daripada buku-buku Ilana yang lain. Jadi jangan sampai nggak baca ya!




Musim keempat buku Ilana Tan sudah datang. 
Bercerita tentang seorang gadis peranakan Indonesia - Jepang yang berprofesi sebagai model ternama di London bernama Ishida Naomi.
Terlibat dalam sebuah pembuatan video musik dengan seorang bintang Korea bernama Danny Jo mengingatkan kembali Naomi pada masa silamnya yang kelam.


Pada awalnya hubungan mereka tidak harmonis karena Naomi selalu menghindar dari Danny tanpa alasan yang jelas tetapi kepintaran Danny Jo mengambil hati membuat Naomi menyadari semakin lama ia semakin tertarik pada Danny.
Masa lalunya yang silam pun hampir terlupakan sampai akhirnya suatu kejadian membuat Naomi kembali menarik diri dari Danny Jo.


Sementara itu Danny telah mengetahui mengapa selama ini Naomi tidak ramah kepada lelaki manapun. Ia mendapati kenyataan bahwa Naomi memiliki trauma yang bersangkutan dengan kakak laki-laki Danny Jo sendiri yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.
Sesuatu yang membuat Danny Jo mengerti mengapa di awal pertemuan Naomi terlihat menghindar dan takut terhadap Danny Jo. Ia mengingatkan Naomi kepada kakak laki-lakinya, kepada masa silamnya yang kelam.


Apa yang terjadi pada Naomi di masa lalunya? Mengapa Danny secara tidak langsung mengingatkannya pada masa lalunya yang kelam? Temukan jawabannya hanya di buku terakhir musimnya Ilana Tan, Spring in London.


Ternyata Ilana Tan memilih kota London sebagai tempat terakhir pada novel tetraloginya ini. Di buku ini Ilana terlihat cukup baik dengan usahanya menunjukkan London sebagai latar tempat kepada pembaca walaupun tidak banyak kota atau tempat-tempat terkenal yang menunjukan 'London banget' tapi cukup berhasil.


Selain itu menurut gue buku ini buku yang paling kurang menarik dibanding buku-buku sebelumnya. Tema yang diangkat sih sebenernya cukup bagus dan jarang dibuat di novel-novel lain, tapi kok rasanya ceritanya diceritakan terlalu kaku. Menurut gue penulis nggak mau menunjukkan misteri yang dibuatnya di buku ini sampai-sampai tokoh yang di buatnya sangat kaku karena terlalu menutupi konflik apa yang akan terjadi. Padahal pembaca sudah menyadari betul kalau penulis sudah memberikan umpan bahkan di bab-bab pertama.


Tokoh Naomi menurut gue nggak menarik sama sekali. Diceritakan sangat kaku dan tidak menyenangkan. Traumanya pada laki-laki membuatnya tidak rileks selama jalannya cerita. Seperti selalu ada rasa was-was dalam dirinya. Terlebih lagi profesinya sebagai model yang membebaninya. Seharusnya model lebih bersikap ramah dan menyenangkan tetapi Naomi sama sekali tidak seperti itu hanya karena penulis mempertahankan masa lalunya yang kelam sehingga berimbas pada watak Naomi. Bercermin dari karakter Ishida Keiko, adik kembar Naomi, yang periang dan humoris gue jadi kecewa waktu tau kalau karakter Naomi dibuat berbanding terbalik 180 derajat dengan Keiko. Membuat kekecewaan tersendiri dari apa yang sudah gue ekspektasikan.


Selain itu kekurangan dari buku ini (menurut gue) adalah karena kurangnya tokoh orang Inggris asli di buku ini.  Sebagai buku yang mengangkat latar tempat utama di London seharusnya ada beberapa tokoh berkebangsaan Inggris tapi kok malah hampir nggak ada. Naomi, tokoh utama adalah blasteran Jepang - Indonesia. Danny berkebangsaan Korea. Ada lagi Miho, gadis yang menyukai Danny, juga peranakan Jepang. 
Yang bikin bingung kenapa London yang dipilih sebagai latar tempat kalau nggak ada sangkut-pautnya sama sekali dengan nuansa negara Britania Raya ini. Entah karena Ilana Tan yang sudah merasa terikat dengan benang merah di cerita sebelumnya yang harus disambungkan ke dalam buku ini. Karena tokoh Naomi berasal dari Jepang yang tidak lain adalah saudara kembar Keiko, tokoh WiT, juga Danny yang berasal dari Korea dan berteman baik dengan Jung Tae-Woo, tokoh dalam SiS. Kesannya Ilana Tan memaksakan agar di buku terakhirnya ini harus ada sangkut-pautnya dengan buku sebelumnya dan buku pertama sehingga jadilah dua tokoh yang nggak nyambung sama kota London.


Bahkan buruknya hampir tidak terlihat bahasa Inggris di buku ini. Kalau kalian tertarik membaca kalian pasti hanya akan menemukan kata Oh dear, yang berbahasa Inggris dari keseluruhan cerita. Terasa sangat membosankan. Ditambah lagi konflik cerita yang nggak konsisten, agak ngalor-ngidul. Apakah konflik mau dibuat tentang kisah cinta segitiga Naomi-Danny-Miho atau lebih mementingkan konflik masa lalu Naomi. Sehingga pada akhirnya keduanya selesai dengan hasil yang tidak memuaskan. Padahal gue pikir sebelumnya buku ini bakal jadi buku yang paling menarik karena mengambil latar di London, salah satu kota favorit gue di dunia. Dan juga seharusnya buku ini yang paling punya 'greget' sebagai puncak dari rangkaian novel musim Ilana Tan ini. Sayangnya harapan gue nggak terwujud. Bahkan di awal-awal cerita gue udah ngerasa bosen.


Terlebih lagi nggak seperti judulnya yang menyantumkan kota London, di buku ini ada tiga negara yang terlibat yaitu Inggris, Korea, dan Jepang. Merealisasikan dua negara lain menurut gue terlalu buang-buang waktu dan agak melenceng. Mengurangi porsi London sebagai latar tempat utama dalam buku ini.


Suasana Spring-nya juga kurang greget. Gue sebagai orang Indonesia nggak pernah ngerasain gimana rasanya musim semi, berharap banget bisa dapat gambaran minimal dari suasana musim semi tapi ternyata harapan gue nggat terwujud. Penulis menurut gue gagal menggambarkan kepada pembaca gimana suasana Spring sebenarnya. Apakah berangin, hangat, dingin, sejuk atau apa? entah yang pasti gue belum bisa dapet gambaran dari suasan musim semi di London ini. 


Tapi kalau kalian sudah baca tiga buku sebelumnya sebaiknya baca juga yang ini supaya nggak penasaran dan juga sekalian melengkapi koleksi buku musim karya Ilana Tan tersebut.




Kesimpulannya adalah keseluruhan buku ini sebenarnya dikemas secara menarik, nggak peduli kekurangannya gue tetap tertarik dan berniat (suatu saat) bakal beli semua bukunya :p


Btw, setelah melahap semua bukunya gue bisa liat banyak kesamaan dari buku-buku ini. Yang pertama kak Ilana selalu membuat tokoh utamanya blasteran Indonesia dan negara luar. Menunjukkan bahwa penulis berasal dari Indonesia dan bangga menjadi WNI. Walaupun kisahnya selalu dibuat berlatar tempat di luar negeri tapi cukup mengesankan membuat unsur Indonesia selalu ada di dalamnya. 
Misalnya di buku SiS, Sandy berangkat ke Jakarta untuk mengunjungi orang tuanya. Lain lagi dengan Tara yang juga diceritakan baru saja mengunjungi Indonesia, negara ibunya dan juga memiliki bistro favoritnya di Paris yang menjual sate kambing kesukaannya. Atau Keiko yang suka marah-marah dan menggerutu dengan bahasa ibunya. Hanya di buku terakhir saja Ilana tidak memasukkan unsur apapun yang berbau Indonesia, kecuali Naomi yang diketahui berperanakan Indonesia - Jepang karena bersaudara kembar dengan Keiko.
Walaupun unsur Indonesia yang dimasukkan kedalam buku tidak banyak tapi cukup bagus untuk mengetahui kalau penulis adalah warga negara Indonesia. Gue pernah liat ada blog yang bilang kenapa Ilana nggak membuat cerita dengan kebudayaan Indonesia, bukannya negara luar. Jelas jawabannya adalah karena tema yang diangkat tentang empat musim dan tentu aja penulis manapun nggak bisa membuat cerita tentang empat musim dengan latar tempat negara Indonesia karena Indonesia nggak pernah mengalami keempat musim tersebut.


Kesamaan lainnya adalah, hmmmm apa yaa . . . oya, semua tokoh cewek disini selalu tinggal di apartemen. Gue nggak tau nyambung-nyambungnya apa --" yang jelas mereka semua tinggal di tempat sejenis apartemen kecuali Naomi yang tinggal di flat. Gue juga nggak tau bedanya apartemen sama flat apa. Tapi yang jelas dalam bayangan gue itu sama aja *maksa*. Trus apalagi yaa? *mikir* nggak taulah, baca aja sendiri :D


Tapi gue agak penasaran kenapa Jepang selalu disebutkan di hampir semua buku? Apakah kak Ilana sangat menyukai negara Jepang atau ada alasan lainnya? 
Ada yang bilang sih kak Ilana pernah melanjutkan studi-nya di Jepang. Ada juga yang bilang kalau kak Ilana masih ketrunan Jepang. Hmm, tapi kalau dilihat dari namanya 'Ilana Tan' itu lebih ke TiongHoa/Cina. Nggak tau lah gue pendapat itu darimana, itu sih feeling gue sendiri ehehee -__-"
Tapi semua itu nggak bisa jadi alasan kenapa kak Ilana selalu melibatkan negara Jepang karena kebenaran dari pernyataan-pernyataan diatas masih simpang siur. Gue sendiri nggak yakin soalnya gue udah sering banget googling profil, biografi, atau apapun yang bersangkutan tentang penulis tapi hasilnya nihil. Bahkan foto dan alamat email-nya aja nggak ada yang tahu, termasuk Google si om terpintar di dunia maya. Entah, pertanyaan gue ini belum ada yang bisa jawab.



Buku tetralogi ini juga punya keunikan tersendiri. Nggak seperti buku bersambung lainnya, disini tokoh yang berperan di masing-masing buku berbeda. Unik kan? kenapa dibikin tetralogi kalo nggak ada sangkut-pautnya antara buku satu dengan yang lain? Emang agak menimbulkan tanda tanya kalau belum baca sendiri. Jawabannya adalah walaupun disetiap buku diperankan tokoh yang berbeda tapi disetiap buku akan ada benang merah yang menghubungkan dengan tokoh utama di buku selanjutnya. Masih bingung? gue akan jelaskan *ceileee* hubungan antara tokoh pertama sampai yang terakhir. Misalnya Sandy (tokoh utama SiS) bersepupu dengan Tara Dupont (tokoh utama AiP). nah, didalam cerita SiS Tara Dupont akan ditampilkan atau turut ambil bagian sedikit sebagai alert buat pembaca untuk menunjukkan hubungan tokoh pertama ke tokoh di buku kedua. Dilanjutkan dengan hubungan tokoh utama di buku ketiga, Ishida Keiko, yang berperan sebagai tetangga satu apartemen dengan tokoh cowok di buku AiP. Selanjutnya di buku WiT, tokoh utamanya Ishida Keiko punya saudara kembar yang bernama Ishida Naomi yang akan menjadi tokoh utama di SiL.


Menurut gue ini ide yang brilian banget. Cara yang unik untuk membat suatu karya dengan latar belakang novel bersambung tapi dengan tokoh yang berbeda sehingga nggak membuat pembaca bosan. 


Disarankan juga bagi teman-teman yang tertarik baca, bacalah buku ini dari awal sampai akhir karena seperti yang gue bilang diatas tadi kalau akan ada tokoh yang akan berperan di buku berikutnya yang tampil di buku sebelumnya. Intinya biar lebih ngerti jalan ceritanya, biar lebih afdol dan puuoolll hahahaa.


Kalau ditanya buku mana yang paling menarik menurut gue Winter in Tokyo ada di peringkat pertama karena jalan ceritanya yang seru dan tokohnya yang komikal, bikin gue jatuh hati sama kedua tokoh utamanya. Peringkat kedua ditempati Summer in Seoul. Nggak ada alasan khusus sih, mungkin karena banyak scene romantis yang bikin ngiri deh! :p
Selanjutnya di posisi ketiga ada Autumn in Paris. Sebenernya buku ini nggak jauh beda kerennya sama buku Summer in Seoul, tapi karena ceritanya sad ending dan gue kurang suka sama novel yang sad ending makanya gue taruh buku ini di peringkat ketiga.
Dan yang terakhir Spring in London di peringkat keempat. Walaupun latar tempat yang diambil adalah salah satu kota favorit gue tapi karena jalan ceritanya yang kurang menarik jadilah buku ini bertengger di peringkat terakhir.


Oke deh, segitu aja dulu. Eh, bentaran deh ada satu lagi saran dari gue. Kalo ngerasa tertarik dengan keempat buku tersebut mending beli yang edisi Box Set soalnya kalo gue beli nanti gue juga bakal beli yang edisi Set-nya biar sekalian. Agak hemat juga looh. Harganya berkisar antara Rp.160.000.00,- lumayan lah.
Box-Set 4 Seasons Books


Gue berharap banget semua cerita dalam buku ini bisa ditampilkan dalam bentuk film. Pengen banget-banget-bangetan deh nonton :D 
Yaaah, walaupun kayaknya agak sulit juga karena selain mencari aktris/aktor yang cocok untuk memerankan para tokoh juga karena latar tempat yang hampir seluruhnya berada diluar negeri. Otomatis pengambilan gambar juga harus dilakukan di tempat tersebut yang jelas akan memakan biaya yang cukup banyak. Pokoknya gue berharap banget deh ada sutradara yang tertarik merealisasikan karya yang datang dari imajinasi kak Ilana Tan ke layar lebar. Sukses deh buat kak Ilana Tan :)
Sukses juga buat kalian yang mau baca buku ini, semoga tertarik dan terhibur.
Happy reading ^^

Cheers,
Best regards,





Photobucket