Kamis, 26 Januari 2012

The Real Absurd Ranger


Kali ini gue mau posting cerpen tentang The Absurd Ranger. Sebagai anggota yang punya blog cuma gue satu-satunya yang nggak pernah posting tentang ini.
Sebagai seorang anggota yang baik, gue mengikuti jejak dua Ranger lain yaitu ranger putih dan ranger abu-abu  yang sering bikin cerpen di blognya.
Gue mau coba posting cerpen Ranger. Iya, finally gue bisa bikin cerpen. Banyaknya cuma tujuh halaman!! Sesuatu banget yaa gue.
Ngomong-ngomong cerpen ini gue bikin tadinya buat ngebantuin Ranger Putih yang dapet tugas bikin cerita komikal, jadi 'gue' disini adalah Ranger putih bukan Ranger Item.
Iya, gue bukan Ranger Putih tapi Item. Tapi yasudahlah, mari kita lihat seberapa pendek cerpen gue ini. Apakah ada part selanjutnya? Kita lihat saja nanti, Muahuehuahue


Ini cerita seorang gue yang kuliah di sebuah Universitas paling kece di Bogor. Sebut saja nama universitas ini UNIDA. Universitas Djuanda (nama universitas asli disamarkan). Sedikit cerita, kampus gue ini kampus paling bertauhid sejagat raya. Mahasiswanya bertauhid, dosennya bertauhid, sampe petugas kebersihannya aja bertauhid. Masalahnya kenapa gue bisa nyasar ke kampus bertauhid padahal gue sama sekali nggak bertauhid? Entahlah, yang jelas daritadi gue udah ngulang-ngulang kata bertauhid yang tentu sangat nggak efektif kalau gue tulis lagi kata bertauhid itu. Oke, stop dengan bertauhid. Maksud gue nulis ini bukan untuk nyeritain  orang-orang bertauhid di kampus gue. Bukan. Yang bakal gue tulis disini adalah tentang gue dan beberapa orang nggak bertauhid lainnya yang nyasar ngampus disini. Gue bersyukur banget orang-orang ini muncul disaat yang bersamaan dengan keberadaan gue. Itu berarti gue nggak sendirian jadi mahasiswa nggak bertauhid. Muahuehuahue.

Kami menamakan diri kami Power Ranger pembasmi ke-boringan kampus. Terdiri dari lima personil. Empat cewek dan satu cowok (jadi-jadian). Sebut saja mereka ranger hitam, ranger abu-abu, ranger kuning, dan ranger pink kecoklatan. Gue sendiri menamai diri gue ranger putih. Kenapa? Nggak pa-pa sih. Ya suka-suka gue aja. Ngomong-ngomong nama-nama kita ada sejarahnya loh. Misalnya gue, ranger putih, karena gue hobi pake baju putih. Nah, si ranger item dan abu-abu juga gitu. Mereka suka pake baju item dan abu-abu. Selain itu gue ngerasa kalo gue itu paling malaikat diantara mereka jadi gue HARUS jadi ranger putih. Maksa ya? Emang. Suka-suka gue lah. Sejarah lainnya dari ranger abu-abu karena dia sangat galau. Tahu nggak definisi galau? Menurut kamus galau itu (tulis definisi galau disini, gue males googling). Tapi menurut remaja jaman sekarang yang mendefinisikan galau dengan cara lain, misalnya: “Gue galau nih, ngampus nggak yaa?”, “Galau meen, tugas gue belum selese”, atau yang ini: “Nih lagu galau banget sih, gue jadi galau.” Setelah ngebaca contoh-contoh diatas kalian pasti nggak ngerti dan langsung galau. Gue yang nulis aja galau apa itu definisi galau. Tapi itulah keunikan galau. Galau nggak bisa didefinisikan dengan kata-kata melainkan lo harus ngerasain sendiri efek kegalauan itu *brb, showeran*. Oke, gue inget. Harusnya gue nggak ngebahas si Galau tapi si ranger abu-abu yang suka galau. Fokus. Nah, si abu-abu ini beneran galau karena dia selalu bingung menentukan arah. Misalnya,  Apakah hari ini dia ikut kuliah sama temen-temen bertauhid lainnya atau mengikuti ranger-ranger lainnya yang lurus pada jalan kesesatan. Nah, disinilah tingkat kegalauannya memuncak. Jadilah ni orang dibilang ranger abu-abu. Nggak putih nggak item gitu. Lain lagi sejarahnya ranger item. Bukan, dia nggak item. Dia juga nggak jahat. Dia lebih ke cantik, imut, lemah gemulai dan suka menabung. –bagian ini dia (ranger item) yang nulis sendiri- berhubung tulisan ini dibantuin ama ranger item jadi terpaksa nggak gue edit. Pencetus nama ranger item adalah gue jadi dia nggak bertanggung jawab sama sekali atas asal muasal namanya. Dia nggak bersalah sama sekali kok. Dia orang baik-baik. Puas lo?

Dua personil lainnya adalah ranger kuning dan ranger pink kecoklatan. Oke, kalau ada yang nanya kenapa ranger pink kecoklatan, jawabannya adalah. Nggak tau. Yang ngidein nama ini bukan gue tapi ranger abu-abu. Emang dasar galau, bedain warna aja dia nggak bisa jadi terciptalah nama yang galau; Pink kecoklatan. Kasian. Yang satu ini adalah ranger jelmaan buku diary. Kenapa buku diary? Karena dia selalu punya cerita kayak diary. Ibarat Google, sekali lo masukin kata kunci langsung keluar banyak situs dengan kata tersebut. Contoh: “Eh tau, nggak, kemaren gue abis ke dufan loh!”. Kalo percakapan ini dilakukan di depan ranger pink kecoklatan, kelanjutannya akan jadi seperti ini: “Oh ya? Eh, tau nggak? Masa ya, dulu gue pernah ke dufan ama gebetan gue. Tapi dia sama mantan ceweknya. Sumpah gue kesel abis! Rasanya pengen gue acak-acak tuh mantannya. Mana genit banget lagi. Masa ya, pas lagi dikereta aja….” Dan teruslah percakapan tentang dufan itu berlangsung sampe kiamat. Selain itu, tu orang lolanya kebangetan. Gue nggak ngerti gimana bisa dia lulusan SMA ***a yang unggulan gitu. Padahal tu anak lola nggak ketulungan. Udah gitu tiap ujian dengan PD-nya dia ngeluarin modul dan diserakin di bawah kursi. Ckckck, jadi itu jurus yang diajarin di SMA ***a. Keterlaluan bener. Oke, skip ke personil berikutnya, ranger kuning. Penamaan ranger kuning ini sesuai karakter orangnya. Soalnya ni orang jenis kelaminnya galau. Gue nggak tau apa karena gara-gara gue dan anak-anak yang suka ngeledekin dia homo atau dia beneran homo. Yang jelas pas gue bilang “Kata Raditya Dika, Cuma ada dua jenis cowok di dunia ini. Brengsek sama homo. Lo tipe yang mana?” entah kenapa yang dia pilih adalah homo.  Krikrikrik. Karena jenis kelaminnya yang ngambang nggak jelas ini maka gue dan personil lainnya sepakat namain dia ranger kuning yang ‘ngambang’. Tau kan, benda kuning yang suka ngambang in the river.

Cukup dengan perkenalannya. Sekarang kita masuk ke pembahasan utama. Hari itu kita para mahasiswa (gagal) sedang menunggu dengan jenuh kelas selanjutnya yaitu Dasar-dasar Sosiologi. Kita semua nunggu di fakultas dengan galau. Gue jamin kalau di kamar mandi fakultas ada shower, kita semua pasti udah showeran massal. Sayangnya nggak ada shower dan dispenser pun adanya di dalam pantry jadi kita nggak bisa seenaknya pinjem dispenser sebagai pengganti shower. Kalopun bisa yang jelas tu dispenser nggak cukup menyirami kita semua. Jadilah kita nunggu dengan gelisah. Bayangin, mata kuliah itu mulai jam empat yang berarti masih ada empat jam lagi! Perlahan-lahan balkon fakultas makin sepi. Yang lainnya pada kabur ada yang ke kantin, pulang ke kosan dan sebagainya. Tinggalah gue, ranger item, abu-abu, dan pink kecoklatan yang bingung mau ngapain. Mau pulang sayang absen. Mau ke kantin nggak punya duit. Maklum kantong mahasiswa. Jadilah kita planga-plongo di fakultas. Gue mulai gelisah dan melirik jam di dinding. Tapi gue inget disitu nggak ada jam jadilah gue nanya ke ranger item jam berapa sekarang.

“Tem, jam berapa?”
“Jam satu lewat lima,” katanya yang juga dengan wajah gelisah. Kayaknya sih mau boker.
“Yaah, perasaan dari tadi jam segitu mulu.”
“Yaiyalaah, dodol! Lo baru nanya jam tigapuluh detik yang lalu!” katanya sewot.

Oke. Gue diem. Ranger item diem. Ranger abu-abu diem. Ranger pink kecoklatan diem. Gue lari ke TU dan ngeliat para staff TU juga diem. Gue pertajam pendengaran dan anak-anak TK deket kampus yang lagi nyanyi-nyanyi juga diem. Ini kenapa semua ngikutin gue pada diem?! Dasar followers!
Beberapa menit kemudian gue ngedenger langkah kaki di lorong yang sepi. Gue langsung tegang. Gue takut itu guru TK yang ngira kalo gue udah ngebunuh anak didiknya yang lagi nyanyi riang gembira. Gue panik. Gue pengen ngumpet dan teriak , “Ampun! Plis jangan sakiti gue. Gue nggak bersalah. Gue belum kawin dan gue bĂȘte nggak makan sushi!”. Tapi si ranger abu-abu keburu ngomong, “Eh, tu dosen sosiologi. Kita Tanya yuk hari ini masuk apa nggak.”

Gue langsung sujud syukur ternyata itu bukan guru TK dan gue masih bisa makan sushi untuk menghilangkan ke-bete-an gue. Akhirnya kita semua nyamperin tu dosen dan beliau bilang hari ini nggak ada kelas tapi beliau ntar mau ngasih tugas. Kita semua lega ternyata hari ini nggak belajar. Ranger pink kecoklatan juga lega, tapi bukan karena denger kabar ini melainkan baru kelar boker. Intinya kita sama-sama lega.
Kita semua balik ke balkon dan kembali duduk-duduk. Kegalauan yang tadinya udah tingkat ujian SPMB ilang seketika. Entah kenapa tiap tau nggak ada kuliah gue jadi nggak pengen pulang. Ngantuk gue pun ilang seketika. Akhirnya kita memutuskan duduk-duduk di balkon sambil nunggu jam empat. Tapi nggak lama kemudian si ranger abu-abu pamit pulang duluan.
“Gue duluan ya soalnya Gina udah mau cabut katanya. Ntar gue nggak ada tebengan. Hehe,” katanya cengengesan.
Iya, selain galau tu orang juga sero alias nggak modal. Apa-apa nebeng.
Ranger abu pun pergi meninggalkan gue dan dua ranger lainnya. Gue memutuskan untuk ngedengerin percakapannya ranger item dan ranger pink kecoklatan yang lagi ngomongin soal film.
“Pink, katanya lo mau minjemin DVD film Crazy Little Thing Called Love," kata ranger item.
"Iya, kan DVD nya kaga tau dimana. Dipinjem temen gue trus nggak dibalikin lagi," kata ranger pink kecoklatan.
"Ya elah, gue penasaran banget nih ceritanya. Bagus banget kan tu film. Mana cowoknya super ganteng lagi."
"Iya banget, namanya Shone. Itu sumpah yaa gantengnya... Ya allaah, ya allaah, ya allaah... Ganteng banget deh pokoknya. Udah gitu ceritanya so sweet banget lagi. Kan pernah tu ya si ceweknya ngasih coklat...,"
Dia masih terus ngoceh seperti biasa. Tu orang kalo udah ngoceh nggak tau berentinya kapan. Pernah tu ya pas dia lagi ngomong gue tinggal tidur. Pas gue bangun ternyata dia masih ngoceh aja tapi bukan ngomong sama gue tapi sama bangku disebelah gue. Si bangku kebelet pipis dan lari ke kamar mandi, akhirnya dia ngoceh ke dinding. Gue berharap dindingnya nggak kebelet pipis juga kalo enggak gue bisa gila. Ini kampus gue apa Hogwarts. Kok bendanya bisa pada gerak gitu. Apa jangan-jangan si ranger pink kecoklatan penyihir. Trus gue ini siapa? Gue anak siapa? Binatang piaraan gue apa?

Akhirnya bisa ditebak si ranger pink terus ngoceh soal film dari mulai film Thailand sampe Korea. Gue bersyukur dia nggak cerita lanjutan sinetron Putri yang Ditukar. Dia cerita tentang film Korea yang judulnya Wedding Dress. Katanya film itu sedihnya level maximum. Gue percaya soalnya dia cerita sambil nangis. Iya, nangis beneran. Yang keluar-keluar ingus gitu dari lobang idungnya. Gue sama ranger item pengen ikutan nangis. Bukan, bukan karena kita terharu tapi karena dia cerita sambil nginjek-nginjek kaki kita berdua. Abis itu dia cerita soal drama Korea tentang cewek jelmaan serigala gitu. Gue baru tau ternyata di Korea ada juga drama yang semacam sinema laga gitu kayak di indosiar. Jangan-jangan siluman itu juga naik elang di siang bolong. Menurut gue film ini lebih tragis dari film sebelumnya.
"Tau nggak, cowoknya ganteng banget loh! Pokoknya gantengnya tuh, ya allaah, ya allaah, ya allaah...," kata ranger pink kecoklatan semangat.
Gue menyimpulkan semakin banyak nama Tuhan yang disebutin berati semakin ganteng tu orang. Jadi kalo lo mau tau kadar kegantengan seseorang bisa diukur dari seberapa banyak nama Tuhan yang bisa lo sebutin.
Dengan lapang dada gue dan ranger item ngedengerin ceritanya si ranger pink kecoklatan. Setelah satu jam kemudian gue mulai bosen denger tokoh cowoknya yang mati idup lagi mati idup lagi. Gitu-gitu aja terus sampe kiamat. Akhirnya ranger item inisiatif nanya, "Ini episode keberapa sih?"
"Baru juga episode satu," kata ranger pink kecoklatan.
Gue: pura-pura mati.
Ini orang hebat banget ya memorinya bisa inget scene nya sampe detil begitu. Udah sejam ngoceh masih episode satu aja. Gimana kalo ni drama ada 300 episode. Bisa-bisa gue wisuda, nikah, hamil, ngelahirin sampe punya anak lima dia masih nyeritain ni film. Bahkan anak-anak gue sampe di dongengin cerita film ini sama dia. Lebih parahnya lagi dikuburan gue waktu orang-orang tahlilan dia masih aja cerita. Gue jadi takut.
Nggak lama kemudian si ranger kuning dateng dan duduk disebelah gue. Dia diem beberapa menit trus nyeletuk, "Ya elaah, gue kirain lagi ngomongin apaan ternyata pelem Korea!"
"Biarin aja napa sih," kata si ranger pink kecoklatan sewot sambil nerusin ceritanya.

Lagi asyik-asyiknya ranger pink kecoklatan cerita si ranger kuning nyeletuk lagi, "Eh, gue heran deh. Kenapa sih film India kalo mau ciuman nggak jadi mulu. Udah joget-joget  trus deketan trus pas mau ciuman nggak jadi. Joget lagi, deket-deketan lagi, mau ciuman nggak jadi lagi. Gitu-gitu  aja terus sampe mati."
Gue ngakak, tapi bener juga sih walaupun gue jarang nonton film india tapi sutradaranya emang bener nggak kreatif. Scene-nya gitu-gitu aja. Joget-joget, guling-gulingan di rumput kalo enggak muter-muterin tiang. Asli, masih bagusan Cinta Fitri. Penulis skenarionya kreatif bisa nyampe season 7 gitu. Oke, gue lupa gue nggak boleh bahas sinetron. Fokus Put, fokus. Kelar si ranger pink kecoklatan ngebahas film, ujan turun deres banget. Momen-momen begini nih yang pas buat para galauers yang dengan tingkat kepekaan maksimal. Buktinya ranger pink kecoklatan langsung lari, diem dipojokan. Nangis sambil gigit-gigit jari. Tadinya dia mau lompat dari balkon dan berguyur dibawah air hujan tapi kita halangi. Bukan, bukan karena kita care sama dia tapi lebih ke kasian sama tukang sampah yang serba salah kalo nemu mayatnya dia. Dibawa berat, ditinggal kasian. Ujung-unjungnya tukang sampah jadi ikutan galau dan mati galau bersama ranger pink kecoklatan. Ribet kan? Iya, kasian emang ranger pink kecoklatan. Hidup emang berat. Iya gue tau, badan dia emang berat tapi yang gue maksud bukan itu. Yang gue maksud cobaan hidup ini emang berat.

Nah, sampe sini gue agak bersyukur ranger pink kecoklatan berenti ngoceh. Tapi keberuntungan nggak bertahan lama. Si ranger item nanya ke ranger pink kecoklatan, “Eh, gimana gebetan lo yang nggak dapet-dapet itu?”. Bisa dipastikan ranger item langsung nyeritain crush forever-nya dia dari jamanan SMP yang nggak dapet-dapet sampe sekarang. Iya, ini semua kesalahan ranger item. Gue rasa dia belum pernah keselek sepatunya ranger kuning yang bau itu. Nggak cuma gue yang sewot tapi ranger kuning juga.
“Eh, lo salah! Barusan lo bilang kata kunci. ‘Gebetan’ tu kata kunci. Panjang kan jadinya?!” kata si ranger kuning emosi. Si ranger item cuma cengengesan. Gue tau dari lubuk hatinya yang paling dalam dia menyesal. Kalo aja ada pisau di deket situ dia pasti langsung ambil tu pisau dan dikasihin ke ranger pink kecoklatan sambil teriak, “BUNUH AJA GUE SEKARANG! BUNUH!”
Tapi ranger pink kecoklatan nggak mau kalah dan meyakinkan kita dengan cara bilang, “Eh, tapi iya. Ini beneran, ini serius…” Krik. Sekedar informasi, jurus andalannya ranger pink itu adalah ‘ini beneran, ini serius’ untuk meyakinkan pendengar untuk terus ngedengerin ceritanya. Gue jadi berharap seandainya dia bohong mungkin itu lebih baik. Abis itu dia lanjut nyeritain masa lalunya bareng gebetan yang naas semua. Kayak waktu dia terpaksa harus jalan bareng gebetan dan mantan gebetannya yang ganjen setengah mati. Endingnya dia pulang ujan-ujanan. Gue yakin saat itu kegalauan dia udah mencapai tingkat UN anak SMA. Tapi ranger kuning langsung nanya, “Jaman itu galau belum ada, ya?”
“Iya, adanya hampa…” kata ranger item. Krik. Gue nggak tau mau ngapain, antara pengen ngakak dan pengen nangis. Pasti rasanya nggak enak banget kalo nggak bisa galau.
“Iya, gue tiap hari kalo mau minum, minum baygon. Terus autan udah kaya coki coki gituuu,” kata ranger pink kecoklatan. Oke, gue pengen nangis. Ternyata rahasia badan berisi dia adalah minum baygon dan makan autan. Gue nggak pernah nyobain dua-duanya. Pantes gue nggak gemuk-gemuk. Ini tragis banget. Gue berniat mau nyobain tipsnya dirumah.

Akhirnya ranger pink kecoklatan kelar nyeritain gebetannya. Dia diem bentar karena mulutnya udah bebusa. Gue nggak tau itu akibat kebanyakan ngomong atau kerena kebiasaan dia minum baygon. Dan gue nggak peduli. Persetan dengan dia. Yang jelas dia berenti cerita. Gue sama anak-anak memutuskan turun ke kantin dan nyari makan mumpung ujan agak reda. Di kantin waktu itu gue pesen mie ayam. Sambil makan si ranger pink kecoklatan nyeritain beberapa hal lagi. Mungkin karena udah ngisi perut dia bisa cerita lagi. Gue jadi sedih pengen nangis dibawah ujan. Dia sempet nyeritain soal cowok idamannya yang kayak Rio Dewanto.
“Rio Dewanto tu, aduh, sumpah yaa, dia itu… ya allaah, ya allaah, ya allaah…,” kata ranger pink kecoklatan. Gue nggak begitu merhatiin berapa jumlah nama Tuhan yang dia sebutin jadi gue nggak tau berapa kadar kegantengan Rio Dewanto.
Sebagai cowok (jadi-jadian yang mau tobat) satu-satunya kayaknya si ranger kuning nggak terima dan bilang, “Gantengan juga gue.”
“Ihh, apaan. Jauh kemana-mana. Rio Dewanto tu keren. Ada tatonya,” kata ranger pink kecoklatan nggak terima.
“Kalo gue di tato lo suka nggak?” kata ranger kuning. Gue sama ranger item lirik-lirikan. Kayaknya itu dari hati yang paling dalam banget. Gue nggak tau ranger kuning bisa suka sama ranger pink kecoklatan. Bayangin, kalo mereka nikah dan punya anak, akan jadi spesies apakah anaknya kelak? Entahlah, hanya Tuhan yang tau.
“Ecicieeee, prikitiew!” kata gue dan ranger item barengan. “Ranger kuning naksir ama ranger pink kecoklatan nih ceritanyaaa…”
“Idiih, apaan. Najis!” kata ranger kuning kalang kabut menyadari kesalahan terbesar dalam hidupnya. “Pokoknya gue nggak mau tau. Gue mirip sama Rio Dewanto.”
“Iya, lo mirip. Ama tatonya yang gambar tulang ikan,” kata ranger pink kecoklatan.
Jleb. Dalem. Gue yakin detik itu juga ranger kuning berharap ada shower disekitar situ.

Selesai makan kita mau cabut. Si ranger pink kecoklatan ngeluarin dompet buat bayar. Disitulah petaka berawal. Ranger kuning ngeliat salah satu foto di dompetnya pink kecoklatan dan langsung teriak, “Edan, ini editannya full amat!”
Bener aja, kita semua langsung pengen liat seonggok foto dia yang nggak mirip ama aslinya. Agak bagusan gitu. Iya, agak.
“Eh, jangan salah. Ini beneran ya, ini serius. Pas SMA foto di kartu pelajar gue aneh-aneh banget. Pas kelas satu fotonya najisin. Kayak TKW gue, tau nggak. Dia langsung ngeluarin kartu pelajar TKW-nya. Bener. Mukanya kayak TKW. Gue yakin yang ini bukan editan. Tapi jangan sedih, ada yang lebih tragis lagi.
“Pas kelas dua, ini lebih parah. Masa di kartu pelajar ini muka gue…” belum sempet dia selese ngomong kita udah ngerubutin tu foto kedua. Detik pertama gue liat foto itu ada rasa mules di perut gue. Semacam mau ngelahirin. Trus kepala gue pusing nggak karuan. Gue berasa mata gue burem, item, gelap. Tapi tunggu, gue sadari itu bukan mata gue tapi karena gue ngeliat tu foto dan fotonya GELAP. Itu semacam Blackboard dikerudungin. Gue nggak bisa bedain mana muka sama tembok dibelakang yang warnanya item juga. Ini beneran apa bohongan sih? Apa dia pake bedak dari areng sebelum difoto? Sumpah gue takut! Kenapa mukanya jadi mehong gitu? Ya Tuhan, gue panik tingkat kejuaraan nasional.
“Parah banget, kan? Masa di angkatan gue cuma ada dua yang fotonya item begini. Gue dan temen gue. Dan emang dua-duanya item murni dari sononya,” kata ranger pink kecoklatan. Tragis banget. Pasti waktu itu mati lampu jadi nggak ada pencahayaan. Atau fotografernya yang terlalu sentimen. Yang jelas pada saat itu photoshop pasti belum nge-hits.

Gue ngakak sampe perut gue mules parah. Tapi itu bukan jenis ngakak yang beneran ngakak juga. Itu lebih ke ngakak mau mati soalnya gue beneran mules, sakit, perut, sakit dada nggak bisa napas. Gue udah pasrah kalo mati konyol gara-gara ngeliat foto kutukan. Di pikiran gue tiba-tiba muncul flash back momen-momen indah, seneng, sedih, lucu, seru, dan lainnya secara bergantian. Ahh, hidup ini memang singkat, pikir gue saat itu. Gue berusaha bertahan, membuka mata dan ngeliat ranger item udah tiduran di tanah, klepek-klepek nggak berdaya. Pada tahap ini gue yakin nyawanya udah nyampe perut. Tapi tunggu, gue sadar ini jenis kematian yang sangat-sangat nggak heroik bagi seorang superhero kayak gue. Apalagi gue belum wisada, kawin sama kamen rider dan punya anak lucu-lucu yang pake helm,  jadi gue berusaha bangkit dari segala kesakitan yang ada. Gue raih tangan temen seperjuangan gue yang udah di ambang maut, ranger item. Gue goncangkan tubuhnya dan bilang, “Tem, kita nggak boleh mati dengan cara kayak gini. Masih banyak orang boring dan kurang gahol yang membutuhkan bantuan kita. Bertahanlah, plis, bertahanlah!” teriak gue. Dan gue berhasil. Ranger item perlahan-lahan bangun dan mengumpulkan nyawanya kembali. Tapi gue nyesel, gue merasa lesbi.

Syukur, kita semua nggak jadi mati konyol. Anggota power ranger masih lengkap. Pas gue ngaca gue masih cantik dan gue liat sekilas ke foto kutukan itu. Dia masih item. Gue berusaha nggak meregang nyawa untuk yang kedua kali. Kita semua nyuruh ranger pink kecoklatan buat masukin foto kutukan itu ke dalam dompetnya lagi dan bunuh dirinya sendiri. Dia masukin foto itu ke dalam dompetnya tapi menolak bunuh diri, yang agak mengecewakan kita. Pada intinya gue selamat, temen seperjuangan gue selamat, kita semua selamat. Tamat.


0 komentar:

Posting Komentar

Photobucket